Memiliki sebuah pernikahan yang bahagia adalah impian setiap pasangan. Menjadi rumit jika terdapat masalah dalam hubungan pernikahan, terutama jika terjadi hubungan kurang harmonis antara menantu dan mertua.
Menantu dan mertua biasanya menyatu karena dipaksa keadaan. Menantu merasa sang mertua terlalu berkuasa
atas pernikahan atau pun sebaliknya menantu yang terlalu ‘memagari’ kehidupan rumah tangganya.
atas pernikahan atau pun sebaliknya menantu yang terlalu ‘memagari’ kehidupan rumah tangganya.
Menjadi hal yang juga stereotip jika suami tidak tahan terhadap ibu mertua begitu pula istri yang tidak cocok dengan mertua.Hubungan menantu dan mertua memang selalu rumit dan sulit untuk dipahami.
Bahkan, sebagian besar seorang istri akan ‘memprogram’ dirinya sendiri untuk tidak menyukai ibu mertua.
ternyata, hubungan antara menantu wanita dan ibu mertua yang susah akur bukan sekadar mitos. Penelitian membuktikan, konflik memang sering tumbuh di antara keduanya.
Hal ini terbilang umum dalam kehidupan rumah tangga. Bahkan tiga dari
empat pasangan mengaku bentrok dengan mertua. Menariknya, hanya 15%
konflik terjadi antara menantu pria dengan ibu mertuanya.
Peneliti telah mengkaji balada menantu wanita dan ibu mertua ini
sejak tahun 50-an. Saat itu, sebanyak 75% wanita mengaku kurang atau
tidak menyukai ibu mertua mereka.
Bagaimana dengan survei terkini? Disebutkan 60% menantu wanita merasa
tidak bahagia akibat pergesekan ini. Di sisi lain, ibu mertua sering
merasa dikucilkan dari kehidupan anaknya oleh menantu wanita.
Salah satu penyebab konflik adalah ‘perebutan kekuasaan’ antara menantu wanita dan ibu mertua.
Wanita dalam keluarga umumnya lebih berperan menentukan kehidupan
sosial keluarga. Saat pria menikah dan membentuk keluarga baru, ibu dan
istrinya bisa berselisih untuk mendapat posisi ini.
Selain itu, perlu dipahami bahwa setiap manusia memiliki perilaku dan
kebiasaan yang berbeda. Apalagi menantu wanita dan ibu mertua yang
generasinya berbeda jauh. Ini tentunya berpotensi menimbulkan cekcok.
Dalam keluarga Asia, kehidupan keluarga biasanya sangat erat. Namun,
dinamika keluarga bisa bermasalah jika anak menikah dan mertua
menganggap menantu sebagai ‘orang asing’ yang masuk dalam keluarganya.
Jika menantu dapat diterima sebagai keluarga sendiri dan tidak
dipandang sebagai orang luar, maka dapat mengurangi kemungkinan konflik.
Karena itu, kedua belah pihak perlu menyadari bahwa masing-masing
memiliki peran penting dan berbeda dalam hidup suami/ anak. Hal ini
tidak dapat tergantikan.
No comments:
Post a Comment